Senin, 19 Desember 2011

Tingkatkan kepekaan sosial lewat kunjungan ke Liponsos Keputih-Surabaya

Menjadi orang sukses harus butuh pelajaran dan pengorbanan yang ekstra dibanding orang biasa. Banyak diantara mereka, orang-orang sukses, bukanlah seseorang yang jenius dalam ilmu yang Ia geluti, mendapat banyak medali, menjadi bintang sana-sini. Tapi yang saya yakini, mereka adalah orang-orang yang memiliki sensivitas sosial yang tinggi serta dengan rendah hati mau menolong bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Kuliah di jurusan ini, jurusan Sistem Informasi, ada banyak hal yang mengejutkan : dua bola mata saya, mata batin saya, kaki saya, dan telinga saya. Bayangkan, orang-orang mengira jurusan ini hanya mempelajari : coding, database, dan bla-bla-bla. Segala sesuatu yang membentuk kita mirip dengan manusia-manusia robot yang sibuk berkutat dengan gadgetnya. Namun seketika itu sirna ketika mereka melihat kami berkunjung ke Lingkungan Pondok Sosial Keputih –Surabaya. Ini adalah kali pertama saya mengunjungi tempat semacam ini, dan nyaris saya berkaca-kaca serta diam sejenak melihat mereka yang harus tinggal di sebuah lokasi terisolir dengan kondisi sosial dan efek psikologis yang sangat memperihatinkan.

Kedatangan kami secara bergerombol ini dalam rangka mata kuliah Keterampilan Interpesonal dibawah bimbingan Bapak Kholil Noor Ali. Ini merupakan kedatangan gelombang ke dua setelah dua hari sebelumnya 2 kelas telah mendahului kami berkunjung ke tempat tersebut. Awalnya kami mengira ini adalah kunjungan yang sedikit menghentakkan adrenalin karena banyak desas-desus yang mengatakan bahwa Liponsos tersebut hanyalah berisi dengan orang-orang yang menderita sakit jiwa. Ya bisa dibayangkan, khususnya bagi cewek-cewek akan histeris ketika tiba-tiba saja penderita sakit jiwa tersebut datang menghampiri kami. Haha..

Di Liponsos ternyata berisi ribuan penghuni lintas usia. Ada yang memang menderita sakit jiwa, gelandangan, pengamen jalanan yang digaruk Satpol PP, orang hilang dll. Mengenaskan memang kondisinya, namun saya percaya di tempat tersebut mereka akan lebih dimanusiakan karena kondisi Liponsos sendiri sudah cukup nyaman dan memenuhi persyaratan sebagai penampungan sosial sebagaimana diatur oleh pemerintah. Di tempat tersebut, kami berkumpul di sebuah aula. Dihadirkan pula penghuni Liponsos tersebut agar dekat dengan kami, jadi kami dan mereka tidak merasa dibedakan. 

Di tempat tersebut, kepekaan sosial kami dibukakan dengan melihat lebih dekat bagaimana penghuni-penghuni Liponsos tersebut tinggal, mengapa mereka ‘jatuh’ dalam tempat tersebut, bagaimana kisah suka dukanya tinggal, dan yang lebih penting adalah sesi curhat. Sesi tersebut berhasil menguras air mata saya dan teman-teman lainnya dengan mendengarkan cerita secara langsung oleh sang ‘korbannya’. Pelajaran yang bisa saya dapatkan adalah kita harus selalu bersyukur pada Allah Swt. Karena setidaknya saya lebih beruntung nasibnya dari mereka. Saya harus kuat dengan apa yang saya hadapi sekarang, besok dan seterusnya sekalipun itu berat, karena banyak orang di luar sana yang harus hidup di batas garis kerasnya kehidupan dan ternyata mereka berhasil melaluinya dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar