Menjadi orang sukses harus butuh pelajaran dan pengorbanan
yang ekstra dibanding orang biasa. Banyak diantara mereka, orang-orang sukses, bukanlah seseorang
yang jenius dalam ilmu yang Ia geluti, mendapat banyak medali, menjadi bintang
sana-sini. Tapi yang saya yakini, mereka adalah orang-orang yang memiliki
sensivitas sosial yang tinggi serta dengan rendah hati mau menolong bagi siapa
saja yang membutuhkannya.
Kuliah di jurusan ini, jurusan Sistem Informasi, ada banyak
hal yang mengejutkan : dua bola mata saya, mata batin saya, kaki saya, dan
telinga saya. Bayangkan, orang-orang mengira jurusan ini hanya mempelajari :
coding, database, dan bla-bla-bla. Segala sesuatu yang membentuk kita mirip
dengan manusia-manusia robot yang sibuk berkutat dengan gadgetnya. Namun
seketika itu sirna ketika mereka melihat kami berkunjung ke Lingkungan Pondok
Sosial Keputih –Surabaya. Ini adalah kali pertama saya mengunjungi tempat semacam ini, dan nyaris saya berkaca-kaca serta diam sejenak melihat mereka yang harus tinggal di sebuah lokasi terisolir dengan kondisi sosial dan efek psikologis yang sangat memperihatinkan.
Kedatangan kami secara bergerombol ini dalam rangka mata
kuliah Keterampilan Interpesonal dibawah bimbingan Bapak Kholil Noor Ali. Ini
merupakan kedatangan gelombang ke dua setelah dua hari sebelumnya 2 kelas telah
mendahului kami berkunjung ke tempat tersebut. Awalnya kami mengira ini adalah
kunjungan yang sedikit menghentakkan adrenalin karena banyak desas-desus yang
mengatakan bahwa Liponsos tersebut hanyalah berisi dengan orang-orang yang
menderita sakit jiwa. Ya bisa dibayangkan, khususnya bagi cewek-cewek akan
histeris ketika tiba-tiba saja penderita sakit jiwa tersebut datang menghampiri
kami. Haha..
Di Liponsos ternyata berisi ribuan penghuni lintas usia. Ada
yang memang menderita sakit jiwa, gelandangan, pengamen jalanan yang digaruk
Satpol PP, orang hilang dll. Mengenaskan memang kondisinya, namun saya percaya
di tempat tersebut mereka akan lebih dimanusiakan karena kondisi Liponsos
sendiri sudah cukup nyaman dan memenuhi persyaratan sebagai penampungan sosial
sebagaimana diatur oleh pemerintah. Di tempat tersebut, kami berkumpul di
sebuah aula. Dihadirkan pula penghuni Liponsos tersebut agar dekat dengan kami,
jadi kami dan mereka tidak merasa dibedakan.
Di tempat tersebut, kepekaan sosial kami dibukakan dengan
melihat lebih dekat bagaimana penghuni-penghuni Liponsos tersebut tinggal,
mengapa mereka ‘jatuh’ dalam tempat tersebut, bagaimana kisah suka dukanya
tinggal, dan yang lebih penting adalah sesi curhat. Sesi tersebut berhasil
menguras air mata saya dan teman-teman lainnya dengan mendengarkan cerita
secara langsung oleh sang ‘korbannya’. Pelajaran yang bisa saya dapatkan adalah
kita harus selalu bersyukur pada Allah Swt. Karena setidaknya saya lebih
beruntung nasibnya dari mereka. Saya harus kuat dengan apa yang saya hadapi
sekarang, besok dan seterusnya sekalipun itu berat, karena banyak orang di luar
sana yang harus hidup di batas garis kerasnya kehidupan dan ternyata mereka
berhasil melaluinya dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar