Kamis, 22 Desember 2011

Manakah yang lebih penting? Proses atau Hasil?

Di dalam sebuah perjalanan setiap individu, pasti ketidaksempurnaan akan sering terlihat berupa kesalahan-kesalahan atau yang biasa juga disebut dengan ketidakprofesionalan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi ketidaksempurnaan ini, dan pada umumnya orang yang tidak berjiwa baja akan menjadikannya sebuah perisai kuat untuk menangkis jeratan amarah dari pimpinan yang sering didengar sebagai alasan.

Butuh sebuah proses di dalam langkah manusia, menuju sebuah pendewasaan yang berujung pada keprofesionalan. Keprofesionalan ini diindikasikan dengan tidak tampaknya ketidaksempurnaan-ketidaksempurnaan walau tidak sempurna.
Dapat digambarkan di sini bahwa manusia tercipta, lalu punya sebuah wewenang dan sebuah kewajiban. Kewajiban manusia adalah pendewasaan dan profesional dalam hidup, serta mampu memberikan karya terbaik sesuai jalur yang dimilikinya, alias profesional pula di bidang yang ditekuninya. Bagaimakah seseorang mampu menggapainya?

Layaknya jalur kehidupan, semua butuh proses, yakni proses pembelajaran. Di proses ini, manusia belajar apa yang mereka butuhkan, apa yang merupakan kesalahan, dan bagaimana meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut. Proses ini tentu bukan proses yang harus panjang dan lama, karena manusia tercipta dengan akal dan pikiran yang seharusnya mereka pakai untuk pembelajaran saat proses berlangsung. Cukup sekali, dua kali, atau tiga kali untuk membaca algoritma yang terbentuk, dan inilah proses, yang kemudian pada percobaan keempat dan seterusnya haruslah muncul sebuah hasil yang profesional, hasil yang tidak lagi bisa disebut dengan proses, setidaknya tidak mengulang kesalahan yang sama meski masih banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Dengan demikian, selama masa proses alangkah baiknya setiap individu mencoba, berani dalam inovasi, dan berusaha menggunakan akal dan pikiran mereka sebaik mungkin. Dan alangkah baiknya, saat usia menunjukkan kita dewasa, kita sudah menjadi manusia yang profesional, dengan maksud bahwa proses pembelajaran di letakkan maksimal di usia remaja. Jadi di saat remaja ini kita sebagai manusia yang berada pada proses pembelajaran diperbolehkan berkata “Proses lebih penting daripada hasil” ketika Anda mendapat sebuah hasil yang tidak maksimal dengan menjadikannya pembelajaran penting bagi pendewasaan Anda. Dan ketika Anda merasa dewasa, haruslah Anda berpandangan bahwa “Hasil lebih penting daripada Proses” karena pada kenyataannya yang dibutuhkan oleh dunia adalah hasil Anda.
Dewasakan diri Anda dengan pembelajaran yang cukup berarti dalam hidup selagi Anda merasa belum cukup dewasa untuk mengatakan “Hasil lebih penting daripada proses”!!!

Perkenalkan, wajah The Next Success Young Entrepreneur

Dear readers,
Kali ini saya akan mereview teman-teman saya dalam sebuah perusahaan abal-abal bikinan mata kuliah sistem fungsional bisnis. Tereng-tereng....
PT Koferite
Respect.Innovative.Trustworthy.Excellence.
PT Kofferite bermula dari sebuah keisengan enam mahasiswa yang tertarik dengan dunia bisnis di usia muda. Mereka adalah Brilliant Oka Suryanegara, Nisa Setya Dini, Reaulia Nadine Rachmat, Maya Previana Syafitri, Sasmi Hidayatul Yuliningtyas dan Yudha Aji Bintoro. Keenam mahasiswa 2011 jurusan Sistem Informasi ITS ini membentuk sebuah perusahaan pada awal September 2011. Demi memuluskan jalan sebagai entrepreneur muda, Oka dan kawan-kawan melakukan riset pasar dan jeli dalam menemukan peluang usaha yang mereka anggap bisa menghasilkan keuntungan yang berkesinambungan. Melirik kopi sebagai sebuah tren masa kini dan didasarkan data hasil dari riset yaitu, kecenderungan masyarakat mengonsumsi semakin tinggi dengan maraknya berbagai produk varian kopi.  Pada tahun 1991/92 konsumsi kopi dunia tercatat 4,3 juta ton dan meningkat menjadi 4,6 juta ton pada tahun1996/97  atau meningkat rata-rata 0,5 % per tahun selama periode 1991/91 – 1996/97 (sumber ditjenkpi.depdag.go.id). Ini memunculkan anggapan bahwa peluang bisnis kopi akan terbuka apabila ada konsistensi, ketelatenan, keuletan atau daya tahan dalam membangun brand serta produk yang didasarkan pada preferensi konsumen, sehingga PT Kofferite berupaya menghasilkan produk olahan berbahan dasar kopi yang inovatif, ekonomis serta representative dengan selera muda, khususnya mahasiwa ITS Surabaya. Tentu, sekali lagi ini akan memerlukan waktu, strategi promosi dan juga modal yang memadai. Konsep bisnis yang jelas, manajerial yang  terarah serta inovasi tiada henti demi membangun loyalitas konsumen dengan pengendalian kualitas produk  adalah kunci sukses yang dipegang PT Kofferite dalam menjalankan usahanya. 
Dan ini adalah wajah calon pengusaha muda-penjual kopi-kelas-internasional, Saudara-saudara... 

OKA- CEO

MAYA - PEMASARAN
NISA-PRODUKSI
NADINE-KEUANGAN

SASMI - KEUANGAN


sebenernya ada satu lagi, Yudha. Tapi kebetulan sekali dia nggak ikut sesi foto-foto sama kita-kita. Cuma buat bayangan, dia adalah seorang manusia. 
 Doakan ya Kawan-kawan, semoga kita bisa go internasional dengan kopi yang sebenernya malah mirip jamu ini hahaha

Rabu, 21 Desember 2011

Catatan Seorang Demonstran : Sosok Gie sebagai Pelopor Pergolakan Pemuda

 

Catatan Seorang demonstran adalah sebuah buku yang merepresentasikan pergolakan pemikiran Soe Hok Gie, seorang pemuda yang dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 tumbuh dan besar dari kalangan masyarakat kelas menengah bawah dalam lingkungan "cina" jakarta. secara gamblang buku ini berisikan catatan harian yang terekam secara konsisten mulai dari masa kecil, remaja dan menjelang dewasa. Gie adalah seorang aktivis yang sangat aktif pada waktunya. seorang pejuang gerakan mahasiswa yang keras menentang ketidakadilan dan korupsi di zaman presiden soekarno. Soe Hok Gie adalah mahasiswa Fakultas Sejarah Universitas Indonesia dan juga merupakan salah seorang pengasas Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. 

Buku ini diawali dengan sebuah pengantar oleh Harsja W. Bachtiar yang menceritakan perjalan pergerakan dari seorang Soe Hok gie dilanjutkan dengan "sebuah renuangan" dari Arief Budiman kakak kandung Gie, yang mengulas tingkah Gie selama menjalani kehidupannya, menjelang meninggal dunia Gie sering mengeluh mengenai apa yang dia kerjakan selama ini, dia mengatakan "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Kadang-kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian". 

Masuk pada bagian satu "Soe Hok Gie : Sang Demonstran" yang di ulas secara panjang lebar oleh Daniel Dhakidae mengenai apa makna yang terselubung dalam catatan harian Gie dan apa makna yang tersirat dalam beberapa tulisannya. terdapat hal yang unik dalam ulasan pada bagian ini dimana terdapat nama Ahmad Wahib, pemuda satu angkatan namun berbeda latar belakang yang memiliki karakteristik aktivis mahasiswa, pemikir dan juga secara rutin menekuni catatan harian layaknya soe hok gie, yang nantinya menjadi bahan perbandingan dalam hal pergerakan dan pemikiran antara keduanya. dalam bagian ini sempat di bahas juga jiwa kecendikiawanan Gie diamana dia lebih dikenal sebagai cendikiawan sekuler.

Bagian dua sampai delapan dari buku ini di isi dengan teks asli dari buku catatan harian Soe Hoek Gie yang terbagi menjadi beberapa bagian "masa kecil", "diambang remaja", "lahirnya seorang aktivis", "catatan seorang demonstran", "perjalanan ke Amerika", "politik, pesta dan cinta" dan "mencari makna". 

Bagian positif yang dapat diambil dari buku ini mungkin secara langsung diungkapkan oleh John Maxwell, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” .

" Lebih baik di asingkan dari pada menyerah pada kemunafikan " 

Buku ini diakhiri dengan menginggalnya Gie. meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

Selasa, 20 Desember 2011

Sang Pencerah : Memang mencerahkan atmosfir perfilman tanah air

Jenis Film        : Drama
Produser         : Raam Punjabi
Produksi         : Mvp Pictures
Homepage      : http:// www.sangpencerahthemovie.com 
Cast & Crew Pemain : Lukman Sardi, Zaskia A. Mecca, Slamet Rahardjo, Giring Nidji, Ihsan Idol, Ikranegara, Sudjiwo Tedjo 
Sutradara       : Hanung Bramantyo 
Penulis           : Hanung Bramantyo

source : google.com
Sebuah resensi film tokoh pembaharuan selalu menarik untuk disimak. Film Sang Pencerah - Perjuangan KH.Ahmad Dahlan ini adalah salah satunya. Sebuah Epik atau tepatnya Biopik yang diketengahkan Hanung Bramantyo sang sutradara. 

Dibuka dengan kelahiran Muhammad Darwis, dengan segala upacara adat Jawa yang mengikuti kelahirannya. Tergambar jelas bahwa Darwis terlahir dari kalangan berada. Sekitar 30 menit pertama, kita diajak berlari mengenal semua sosok yang ada di film ini. Sedikit agak melelahkan memang, karena semua tokoh memiliki peran penting dalam perjalanan hidup Darwis yang kemudian berganti nama menjadi Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) setelah pulang dari Mekkah untuk berhaji.  

Ritme Cerita film mulai melambat menginjak durasi 60 menit. Film ini mulai menampakkan 'kegagahannya'. Di usia 21 tahun, Ahmad Dahlan gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid'ah sesat. Pemberian sesajen untuk upacara adat Jawa yang dikaitkan dengan Islam, pengkultusan imam Masjid Besar Kauman, hingga peletakan kedudukan raja keraton sebagai pemangku agama Islam, dan salahnya arah kiblat membuatnya gelisah. Jabatannya sebagai ketip (khotib) Masjid Besar Kauman membuatnya bisa memulai langkah perubahan segera. Dalam kotbah yang dilaksanakannya, pemikiran pembaharuan diutarakan pada jemaat. Tak hal tersebut membuat berang Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) yang menjadi imam Masjid Besar Kauman.


Tak mendapat tempat di Masjid Besar Kauman, melalui Langgar/Surau-nya Dahlan mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat. Sebagai seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu memerintahkan massa untuk merobohkan surau Ahmad Dahlan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Pemikiran modern Ahmad Dahlan mengantarnya untuk bergabung dengan organisasi Budi Utomo. Karena itu ia juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tak hanya itu, ingin menyebarkan agama di kalangan berpendidikan, Ahmad Dahlan mengajar di sekolah Belanda. Dari sanalah ia mengadopsi sistem sekolah modern yang mendudukkan siswanya pada bangku. Tuduhan datang lagi, Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.

Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid-murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan terus berjuang. Hingga akhirnya membentuk organisasi Muhammadiyah, yang berarti pengikut Nabi Muhammad.

Film ini bisa digolongkan dalam kolosal, karena melibatkan banyak sekali tokoh baik pemain inti maupun kolosal. Detail emosi dibangun secara detail dan manusiawi oleh Hanung. Dalam kesabarannya, Ahmad Dahlan digambarkan putus asa, marah, dan sedih hingga menangis. Adegan ini serta merta bisa membuat penonton meleleh. Sementara tik tok Hisyam dan Sudja memberikan keceriaan dengan banyolan khas anak muda.

Senin, 19 Desember 2011

Bingung memilih jurusan?? Udah nggak jaman..

Liat homepage di beberapa jejaring sosial belakangan ini membuat saya sedikit menarik alis. Lucu sekali, banyak diantara mereka adalah teman-teman saya yang sedang ‘galau’ (kalau bahasa gaul anak jaman sekarang) memilih jurusan di jenjang perkuliahan nanti. Rasanya seperti membuka memori saya setahun yang lalu ketika dihadapkan persoalan yang sama, bingung memilih atau sekedar memahami minat diri. Oke ini sedikit tips yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman saya tahun lalu, ceman-ceman kita berjuang bersama lagi :)

a. Lihat nilai-nilai yang menonjol, mulai dari SMP dan SMA.
Itu mungkin bisa mengurangi dampak stress saat bingung memilih jurusan Anda. Coba liat nilai apa saja yang bisa dibilang menonjol selama ini. Misalnya, nilai yang menonjol adalah Biologi dan Matematika. Cocok sekali kalau memilih fakultas kedokteran. Bagi pencinta fisika, silakan ambil fakultas teknik dikarenakan nantinya di fakultas ini, Anda akan sering sekali dijejali kalkulus dan fisika dasar yang akan menyemarakkan hari-hari Anda. Cemungutdh ya qaqaqzzzzz \m/

b. Garis keturunan
Mungkin sebagian dari Anda akan tersedak. Tapi menurut saya garis keturunan juga berpengaruh lo. Baik secara langsung atau tidak, background pendidikan di keluarga juga membentuk pola pikir dan tingkah laku sejak kecil, bukan? Coba tanya deh sama Opa Oma, Om Tante, Pakde Bude Anda, Bapak Ibu, tetangga sebelah juga boleh. Saya berkesimpulan seperti ini karena sepertinya ini juga terjadi dalam keluarga saya. Kalau boleh cerita sih, Opa saya adalah seorang guru matematika dan Oma saya adalah seorang kontraktor di jaman baheula. Dua orang anaknya memang menjadi Insinyur, dan dua lagi menjadi kontraktor juga. Semoga saya bisa mengubah sejarah ini dengan menjadi technopreneur ya Saudara-Saudara :D

c. Dalami minat dan hobi Anda
Ini adalah kunci penting dalam memilih sebuah keputusan, apalagi jurusan. Anda bisa coba lakukan dengan membuat daftar apa saja kesukaan Anda : hobi, minat, bakat, dll. Dengan demikian Anda bisa melihat potensi Anda yang sebenarnya sehingga potensi tersebut bisa diasah lebih jauh sewaktu di bangku perkuliahan. Ambil saja contoh : seseorang yang  suka menulis, mengkritik sebuah karya sastra, mengidolakan para pujanggan hebat, cocok sekali jika Ia memilih fakultras sastra. Misalnya lagi, seseorang yang memang gadget-freak, suka otak-atik komputer, hobi banget nge game-online (ARGH! HATE IT), suka ngoding mungkin, udah tahu seluk beluk Java, NetBeans, C++, oke minimal pascal deh. Ini orang cucok banget kalo masuk ke jurusan Teknik Infomartika kalo nggak ya Sistem Informasi (ehem!).

d. Tanya orang-orang sekitar
Kalo kamu emang udah buntu pake ‘bangetzzzh’, mending tanya deh ke orang-orang yang kamu percaya bisa menilai secara objektif dan bukan suka lawak yaaa. Misalnya temen deket yang emang udah deket ket ket, tanyain deh menurut dia, kamu tuh cocok di jurusan apa. Kalo temen dirasa terlalu jauh, coba tanya ke orang tua dulu aja. Mereka bakal memberi penilaian yang memang fair, apalagi orang tua juga kan yang paham dengan kondisi keuangan kamu sendiri. Sedikit info aja, kalo orang tua bingung dengan jurusan yang tepat buat kamu, kamu bisa ikut psikotes yang valid. Bagus lagi kalau di tes tersebut, hasilnya bisa menunjukkan jurusan apa yang tepat sesuai minat, bakat dan potensi sesuai hasil psikotes tadi. Tapi kekurangannya adalah hasil psikotes yang kadang nggak valid. Bisa saja disebabkan karena kondisi seseorang yang saat mengerjakan tes tersebut lagi down, nggak konsen, atau mengalami penghambat lainnya. 

e. Banyak-banyak berdoa
Ini cara paling jitu seratus persen. Jaminan deh. Keajaiban doa sangat-sangat diperlukan di saat-saat seperti itu. Disiplinkan sholat wajib, perbanyak sholat sunah, dzikir, apalagi sholat Istighotsah. Jiah, berat nih bahasanya. Udah kaya guru ngaji aja :p Dengan doa dan berusaha yang lebih, Allah Swt. Bakal ngasih kamu jalan terbaik. Karena yang saya tahu, Allah itu kan ada sebelum kita dilahirkan, maka dari itu. Allah-lah yang lebih tahu seluk beluk kita baik lebih dan kurangnya. Mungkin kita sendiri malah kurang memahami jati diri kita sebenarnya, iya bukan??

Nah Pak Beye aja ikutan bingung | source: google
Mungkin itu hanya sedikit tips hasil riset pasar saya (mabok SFB!). Sebagian data dari tips tersebut mungkin kurang valid, ya maklumlah. Persepsi orang berbeda-beda kan. Tapi apa salahnya kita bagi opini kita yang semoga berguna bagi orang lain, khususnya itu tuh. Remaja ababil (eitseh.. Burung Ababil kali ya? Mau-maunya disamain sama burung? :o) yang lagi hobi banget nge-spam lewat status, tweet, dll. Semoga kalian diberi pencerahan ya kawan-kawan..


Tingkatkan kepekaan sosial lewat kunjungan ke Liponsos Keputih-Surabaya

Menjadi orang sukses harus butuh pelajaran dan pengorbanan yang ekstra dibanding orang biasa. Banyak diantara mereka, orang-orang sukses, bukanlah seseorang yang jenius dalam ilmu yang Ia geluti, mendapat banyak medali, menjadi bintang sana-sini. Tapi yang saya yakini, mereka adalah orang-orang yang memiliki sensivitas sosial yang tinggi serta dengan rendah hati mau menolong bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Kuliah di jurusan ini, jurusan Sistem Informasi, ada banyak hal yang mengejutkan : dua bola mata saya, mata batin saya, kaki saya, dan telinga saya. Bayangkan, orang-orang mengira jurusan ini hanya mempelajari : coding, database, dan bla-bla-bla. Segala sesuatu yang membentuk kita mirip dengan manusia-manusia robot yang sibuk berkutat dengan gadgetnya. Namun seketika itu sirna ketika mereka melihat kami berkunjung ke Lingkungan Pondok Sosial Keputih –Surabaya. Ini adalah kali pertama saya mengunjungi tempat semacam ini, dan nyaris saya berkaca-kaca serta diam sejenak melihat mereka yang harus tinggal di sebuah lokasi terisolir dengan kondisi sosial dan efek psikologis yang sangat memperihatinkan.

Kedatangan kami secara bergerombol ini dalam rangka mata kuliah Keterampilan Interpesonal dibawah bimbingan Bapak Kholil Noor Ali. Ini merupakan kedatangan gelombang ke dua setelah dua hari sebelumnya 2 kelas telah mendahului kami berkunjung ke tempat tersebut. Awalnya kami mengira ini adalah kunjungan yang sedikit menghentakkan adrenalin karena banyak desas-desus yang mengatakan bahwa Liponsos tersebut hanyalah berisi dengan orang-orang yang menderita sakit jiwa. Ya bisa dibayangkan, khususnya bagi cewek-cewek akan histeris ketika tiba-tiba saja penderita sakit jiwa tersebut datang menghampiri kami. Haha..

Di Liponsos ternyata berisi ribuan penghuni lintas usia. Ada yang memang menderita sakit jiwa, gelandangan, pengamen jalanan yang digaruk Satpol PP, orang hilang dll. Mengenaskan memang kondisinya, namun saya percaya di tempat tersebut mereka akan lebih dimanusiakan karena kondisi Liponsos sendiri sudah cukup nyaman dan memenuhi persyaratan sebagai penampungan sosial sebagaimana diatur oleh pemerintah. Di tempat tersebut, kami berkumpul di sebuah aula. Dihadirkan pula penghuni Liponsos tersebut agar dekat dengan kami, jadi kami dan mereka tidak merasa dibedakan. 

Di tempat tersebut, kepekaan sosial kami dibukakan dengan melihat lebih dekat bagaimana penghuni-penghuni Liponsos tersebut tinggal, mengapa mereka ‘jatuh’ dalam tempat tersebut, bagaimana kisah suka dukanya tinggal, dan yang lebih penting adalah sesi curhat. Sesi tersebut berhasil menguras air mata saya dan teman-teman lainnya dengan mendengarkan cerita secara langsung oleh sang ‘korbannya’. Pelajaran yang bisa saya dapatkan adalah kita harus selalu bersyukur pada Allah Swt. Karena setidaknya saya lebih beruntung nasibnya dari mereka. Saya harus kuat dengan apa yang saya hadapi sekarang, besok dan seterusnya sekalipun itu berat, karena banyak orang di luar sana yang harus hidup di batas garis kerasnya kehidupan dan ternyata mereka berhasil melaluinya dengan baik.

Awali masa depanmu dengan belajar kepribadian yang mendukung kariermu

aneh memang, terlalu dini membicarakan masalah masa depan. Bagi seorang mahasiswa semester satu apalagi saya, rasanya masih sangat awam untuk bercuap cuap tentang masalah masa depan : akan menjadi seperti apakah saya, bekerja dimana, berwirausaha dimana, punya suami / istri berapa, anak berapa, nah maafkan saudara-saudara dengan kicauan saya ini. 

Bekerja, pastilah semua orang menginginkan posisi atau jabatan yang dipikirnya tepat bagi dirinya, orang tua, pacar mungkin, serta orang-orang di sekitarnya. Ya, menaiknya tingkatan pendidikan seseroang, semakin naik itu pula idealisme bagi dirinya untuk sebuah : posisi dalam pekerjaan. Saya ibaratkan dengan, seorang lulusan SMA yang bisa dibilang cemerlang di angkatannya, tentu tidak mau dong jika setelah Ia lulus hanya menganggur atau bekerja serabutan? Tentu Ia akan berusaha untuk melanjutkan mimpinya menuju bangku perkuliahan. Tidak seperti anak jalanan yang minim pendidikan, ya mungkin ada sih beberapa dari mereka yang memiliki semangat belajar tinggi. Tapi tidak sedikit pula dari mereka yang tidak berhasrat, bahkan terpikir dalam benaknya untuk melanjutkan pendidikannya. Oke itu mungkin hanya bualan saya saja menuju tidur lelap yang sebentar lagi akan saya mulai. Hap... tidur!

Ehem. Lanjut ya? Lanjut. 

Bicara tentang karier, tentu ada banyak impian yang setiap orang inginkan dalam urusan karier, bukan? Mau jadi apa, manajer, dosen, pegawai, PNS, guru, dll. Dalam usaha mendukung karir yang cemerlang, tentu ada banyak hal yang harus kita pelajari dan kuasai. Sebetulnya bukan hanya mendukung karir saja sih, tapi masalah ini juga erat kaitannya dengan langkah kita menjemput dunia kerja yang semakin hari semakin runyam saja. Ini adalah pelajaran tentang mengolah, memperbaiki, meningkatkan, kepribadian kita dalam berpenampilan, bertata laku, berbicara, yang sering kita temui dalam hari-hari perkantoran. Saudara-saudara, mari kita sambut : Miss Aurelia Agatha....

Siapa dia? Kenal loooo?  (Aduh yang sampe monyong gitu dong ngomongnya, biasa ae mas....)

Dia adalah dosen tamu yang sengaja dihadirkan dalam rangka kuliah tamu mata pelajaran Keterampilan Interpersonal dibawah binaan Pak Kholil. Miss Aurelia Agatha merupakan seorang profesional dalam bidang olah-kepribadian. Kuliah tamu yang dilaksanakan pada hari Jumat lalu merupakan acara yang ditunggu-tunggu oleh sebagian maba 2011. Mengapa? Ya, karena di hari itu setiap peserta yang hadir harus memakai pakaian office look. Jadi bisa dipastikan, ruang TC 103 dipenuhi oleh mas-mas berdasi dan mbak-mbak ber-rok-span yang terlihat mirip dengan pegawai kantoran. Jujur, saya tidak. Saya justru lebih memilih jeans gembel favorit saya dengan atasan yang biasa saya pakai untuk going to the campus. Asik...

Di hari itu, maba 2011 diajarkan tentang bagaimana cara kita dalam berpenampilan. Misalnya bagi cewek, bagaimana sih memilih busana yang tepat (karena biasanya cewek akan lebih ‘cerewet’ jika telah menyinggung masalah fashion). Cowok juga nggak ketinggalan. Mereka diajarkan memilih pakaian yang pas dan nyaman, dan memberi aura kewibawaan. Dalam urusan bertingkah laku, diajarkan pula bagaimana cara kita menempatkan diri ketika kita tengah berbicara/ terlibat sebuah forum dalam pekerjaan. Jangan sampai keberadaan kita malah menjadi bumerang bagi semua orang. 

Senyum pun juga tak kalah menjadi sorotan Miss Agatha yang cantik ini. Setiap manusia bisa tersenyum bukan? Pasti? Yakin? Masa? Mana buktinya?

Senyum bukan hanya melulu tentang : geret bibir 2 cm ke kanan, 2 cm kekiri atau meringis dengan gigi terlihat yang malah mirip dengan bintang iklan pasta gigi. Tapi setiap senyum harus sesuai dengan konteks kondisi, suasana, dll. Artinya, jangan sampai senyum itu flat, sama saja. Senyum menggoda gimana coba? Senyum wibawa? Senyum ramah? Nah loh jangan bingung lo ya, takutnya nanti kalian senyum-senyum sendirian nggak jelas lagi. Haha..

Intinya seperti itulah, pekerjaan menuntut kita untuk perfeksionis, baik dalam hal penampilan, berbicara, bertatap muka, bertingkah laku, dll. Cara duduk pun juga diajarkan coba, dari hal kecil yang salah jika terakumulasi akan menjadi kesalahan besar juga bukan? Maka dari itu, biasakan mengasah kepribadian diri agar suatu saat nanti hal itu bisa menjadi modal pendukung meningkatnya karier kita. Amin.