Sabtu, 03 Desember 2011

Life isn't that linear, May

If there is a will, there is a way.
Sebuah pepatah yang banyak orang imani kebenarannya. Jujur saya tidak setuju dengan iti. Mengapa?

Kalau boleh diganti, pepatah tersebut saya akan ganti menjadi :  
If there is a God's will, that is the way. 
Beberapa kali saya menjumpai kegagalan dalam hidup. Kegagalan itu adalah seputar masalah sekolah, kalau boleh bercerita tentang nasib saya yang harus mengubur dalam-dalam mimpi untuk bersekolah di dua sekolah idaman saya, saat SMA dan Kuliah. Ketika SMP, saya mengingingkan melanjutkan ke SMA Taruna Nusantara. Sebuah sekolah semi militer yang mewajibkan siswanya untuk berpotongan rapi, disiplin dan berprestasi. Mana ada anak yang menolak untuk menjadi siswa tarnus? Saya yang berkeinginan untuk masuk sekolah itu, bertekat kuat dengan belajar sungguh-sungguh demi mencetak nilai-nilai di rapor dengan maksimal. Tak lupa dalam setiap doa saya selalu saya mohonkan agar diberi kemudahan oleh Allah untuk menjadi salah satu siswanya. Persiapan matang, namun ada sebuah ganjalan. Terpaksa dengan muka termehek-mehek saya mengakui, saya harus mundur dari mimpi besar tersebut. 

Ketika SMA, saya bertekad memasuki Institut Terbaik Bangsa, ITB. Merupakan sebuah kebanggaan jika saya berhasil mewujudkan mimpi terbesar saya kala itu. Segala daya dan upaya, mulai dari bimbel di Bandung selama satu bulan, berjuang bangkit dari keterpurukan, bayangkan. Doa dan usaha tak henti-henti nya saya lakukan, siang malam saya selalu memohonkan agar ITB menjadi yang terbaik bagi saya. Namun serangkaian persiapan itu harus pupus dan menjadi sebuah kesia-siaan belaka, tak ada hasil, dan 'say good bye' kepada sang Ganeca tersebut adalah bagian hidup yang berat bagi saya. Lebay? Memang, tapi itu yang jujur saya rasakan. Menjadi manusia gagal, hampir menjadi remaja putus sekolah, tapi Alhamdulillah. Institut Teknologi Sepuluh Nopember menerima saya. Sebagai bonus : saya diterima di jurusan yang saya minati, Sistem Informasi. Semoga ini memang jalan hidup terbaik saya, amin :)

Aneh rasanya, masih aneh. Semenjak SMP saya bercita-cita sekolah di SMA Taruna Nusantara dan hampir terwujud. Di suatu malam, orang tua tidak menyetujui rencana saya dan menyuruh untuk tinggal di Purworejo lebih lama, karena saya harus hijrah nanti di saat kuliah. Sedari dulu saya bercita-cita untuk menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Di suatu malam, saya harus mengubur mimpi besar saya tersebut dan melanjutkan misi hidup saya sendiri dengan memilih Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai tempat pelabuhan saya. 

Ternyata hidup bukanlah sebuah garis lurus yang dapat direka mana ujung dan pangkalnya. Jalur hidup tidak linear sepertinya. Saya akui, Allah Swt lah yang mengatur jalur hidup ini. Konsistensi Tuhan dalam setiap manusia adalah sebuah kemutlakan, yang tidak bisa diingkari atas kebenarannya, yang tidak bisa dihilangkan atau dipisahkan dari sebuah langkah kecil manusia dalam peraduannya, takdir kehidupan.

Sekalipun takdir berkata lain dari apa yang direncanakan, tapi Tuhan selalu tahu mana yang terbaik untuk setiap insanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar