Senin, 12 Desember 2011

Eat Pray Love - Antara Italia, India, dan Indonesia


source : google.com
Judul                    :Makan, Doa, Cinta - Eat, Pray, Love 
Penulis                 :Elizabeth Gilbert
Penerbit               :Abdi Tandur

Ini adalah cerita harian perjalanan seorang wanita yang memasuki usia tiga puluh tahun, Elizabeth Gilberth. Sepanjang cerita, Eliz selalu memaparkan sejarah, budaya, lengkap dengan filosofi dari semua tempat yang dikunjunginya. Karakter-karakter unik dari orang-orang yang ditemuinya di setiap negara melengkapi nikmatnya perjalanan bersama si pengarang. Eliz, seorang wanita Amerika modern saat itu yang telah berhasil memiliki semua yang dicita-citakan wanita Amerika lainnya, intelektual, kemewahan, suami,  dan karir yang cemerlang. Tetapi ia bukannya merasa gembira dan puas, tetapi malah menjadi panik, sedih dan bimbang. Beberapa hambatan dalam hidup Ia hadapi, masalah pekerjaan, kehidupan rumah tangga, pertemanan, semuanya. Hidupnya terasa complicated.  Ia merasakan perceraian, depresi, kegagalan cinta dan kehilangan pegangan akan arah hidupnya.

Untuk memulihkan ini semua, Elizabeth Gilbert mengambil langkah yang radikal dan sulit dimengerti. Dalam pencarian akan jati dirinya, ia menjual semua miliknya, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan orang-orang yang dikasihinya dan memulai satu tahun perjalanan keliling dunia seorang diri. MAKAN, DOA, CINTA merupakan catatan kejadian di tahun pencarian tersebut. Keinginan Elizabeth Gilbert mengunjungi tiga tempat di mana dia dapat meneliti satu aspek kehidupannya, dengan latar belakang budaya yang secara tradisional telah mewujudkan aspek kehidupan tersebut dengan sangat baik.

The author -source: google.com
Italia adalah Negara pertama yang akan segera Eliz tuju. Di Italia, ia belajar seni menikmati hidup, belajar bahasa Italia dan merajut kebahagiaan dengan menambah berat badannya sebanyak dua puluh tiga pound. Di Italia pulalah, Eliz bertemu dengan beberapa pria yang sempat mencuri hatinya, dengan pertemuan yang singkat dan bermula dari minum kopi bareng di sebuah café yang tenang dan romantic.  Spaghetti, lasagna, dll dan segala kuliner yang lezat telah Ia jelajahi di setiap sudut Italia. Tidak lupa belajar bahasa Itali juga nonton bola di stadion kebanggaan Roma: Olympico, derby Roma vs Lazio. Di situ dia belajar kalimat makian dari tifosi kesebelasan Roma.

Taj Mahal - India | source: google.com
Dari Italia, Gilbert bertolak menuju India. Di negeri ini dia mempelajari seni devosi atau penyerahan diri di sebuah Ashram atau padepokan Hindu.  India merupakan negara untuk belajar seni berdevosi, dengan bantuan seorang guru setempat dan seorang Texas yang bijaksana, ia memulai empat bulan penuh disiplin dalam eksplorasi spirituil. Kehidupan yang sangat berbeda jika dibandingkan ketika Elizabeth tengah berada di Italia yang hanya berkutat dengan makan dan jalan-jalan menjelajah setiap sudut Negara tersebut. Di India, Eliz benar-benar mencoba memusatkan pikirannya dan bermeditasi di alam, mencoba hidup seperti rakyat India pada umumnya yang sangat tradisionil, bersih-bersih kuil, memakai Saree, dll. Pengalaman-pengalaman spiritual banyak diceritakan di sini. Sharing dengan sang Guru dan bertemu dengan sesama peziarah dari Amerika, Irlandia, dan belajar budaya dengan orang lokal, menjadikan perjalanannya ke India semakin berwarna. Anehnya, persahabatannya dengan orang Texas yang sering mencelanya, menjadi suatu motivasi tersendiri. Pengalaman spritualnya banyak diceritakan tentang inner self healing. Bagaimana dia berkelut dengan ketakutan, kuatir, & amarahnya, hasil dari pengamalaman cintanya yang menyakitkan.


Akhirnya, Bali menjadi tujuan terakhirnya. Di Pulau Dewata inilah wanita matang ini menemukan tujuan hidupnya, yakni kehidupan yang seimbang antara kegembiraan duniawi dan ketenangan batin. Ia menjadi murid seorang dukun tua bernama Ketut Liyer yang juga seorang pelukis dan peramal lewat bacaan garis tangan. Liz uga bersahabat dengan Nyoman, penjual jamu tradisional Bali. Di akhir cerita, Liz bertemu dan memadu kasih dengan seorang lelaki paruh baya berketurunan Brazil yang cukup dewasa dalam memandang arti cinta, antara keduanya, Felipe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar