“Yuk kita ikut mentoring. Pembagian kelompok udah ada tuh di mading!”
Begitu ajakan salah satu teman di
sela-sela makan siang. “Hah, mentoring?” seketika jawaban terkesan apatis itu
muncul dari mulut saya. Jujur awalnya saya berpikir, kegiatan mentoring ini
hanyalah ajang kumpul-kumpul, cari absen, titik.
Bukan karena saya tidak mau belajar dan memperdalam masalah agama, namun
penolakan secara halus itu disebabkan karena saya tidak begitu pintar untuk
bisa membagi waktu antara kuliah dan hal-hal sekunder lainnya. Saya yang masih
berada di semester 1, harus pontang-panting dalam memahami mata kuliah dengan
tugas yang seabrek. Bisa dibayangkan ketika mata kuliah yang cukup sulit, tugas
menggunung, ditambah lagi dengan mentoring. Capek pastinya.
Namun bayangan itu berubah.
Setelah beberapa kali mengikuti kajian tersebut, terpaksa atau tidak, kadang
saya berpikir.
“Masa iya, dalam satu minggu kerjaan saya hanya
mengejar ‘dunia’. Diberi waktu satu jam saja untuk mengejar akhiratnya, apa saya
pantas untuk menolaknya?”
seketika itu mengubah pikiran saya yang
sempit dan hanya dijejali oleh kepentingan duniawi. Saya menjadi tergerak untuk
serius dengan kegiatan ini. Alhamdulillah saya mendapat kelompok mentoring yang
menyenangkan. Ditambah lagi dengan pembimbing atau mentor nya yang lemah lembut
dan pengertian, membuat kami nyaman ketika asyik berdiskusi. Ya, disini bukan
melulu membahas tentang ilmu-ilmu agama yang cenderung berat, namun di kegiatan
ini kami diberi kesempatan terbuka untuk curhat, berbagi pengalaman, menuangkan
ide, tukar pendapat, dengan sentuhan
islami namun tetap funky.
Banyak manfaat yang saya rasakan
setelah mengikuti kegiatan mentoring ini. Kami sedikit demi sedikit belajar
Ilmu-ilmu agama, seperti aqidah, syariah, dll. Yang nantinya bisa kami
aplikasikan di kehidupan sehari-hari, sehingga hidup yang kami jalani bisa
sesuai nilai-nilai keislaman dan kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar