Catatan
Seorang demonstran adalah sebuah buku yang merepresentasikan pergolakan
pemikiran Soe Hok Gie, seorang pemuda yang dilahirkan pada tanggal 17 Desember
1942 tumbuh dan besar dari kalangan masyarakat kelas menengah bawah dalam
lingkungan "cina" jakarta. secara gamblang buku ini berisikan catatan
harian yang terekam secara konsisten mulai dari masa kecil, remaja dan
menjelang dewasa. Gie adalah seorang aktivis yang sangat aktif pada waktunya.
seorang pejuang gerakan mahasiswa yang keras menentang ketidakadilan dan
korupsi di zaman presiden soekarno. Soe Hok Gie adalah mahasiswa Fakultas
Sejarah Universitas Indonesia dan juga merupakan salah seorang pengasas Mapala
UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut
adalah mendaki gunung.
Buku ini
diawali dengan sebuah pengantar oleh Harsja W. Bachtiar yang menceritakan
perjalan pergerakan dari seorang Soe Hok gie dilanjutkan dengan "sebuah
renuangan" dari Arief Budiman kakak kandung Gie, yang mengulas tingkah Gie
selama menjalani kehidupannya, menjelang meninggal dunia Gie sering mengeluh
mengenai apa yang dia kerjakan selama ini, dia mengatakan "Akhir-akhir ini
saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis,
melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang
sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang
yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa
sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas,
tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Kadang-kadang
saya merasa sungguh-sungguh kesepian".
Masuk pada
bagian satu "Soe Hok Gie : Sang Demonstran" yang di ulas secara
panjang lebar oleh Daniel Dhakidae mengenai apa makna yang terselubung dalam
catatan harian Gie dan apa makna yang tersirat dalam beberapa tulisannya.
terdapat hal yang unik dalam ulasan pada bagian ini dimana terdapat nama Ahmad
Wahib, pemuda satu angkatan namun berbeda latar belakang yang memiliki karakteristik
aktivis mahasiswa, pemikir dan juga secara rutin menekuni catatan harian
layaknya soe hok gie, yang nantinya menjadi bahan perbandingan dalam hal
pergerakan dan pemikiran antara keduanya. dalam bagian ini sempat di bahas juga
jiwa kecendikiawanan Gie diamana dia lebih dikenal sebagai cendikiawan sekuler.
Bagian dua
sampai delapan dari buku ini di isi dengan teks asli dari buku catatan harian
Soe Hoek Gie yang terbagi menjadi beberapa bagian "masa kecil",
"diambang remaja", "lahirnya seorang aktivis",
"catatan seorang demonstran", "perjalanan ke Amerika",
"politik, pesta dan cinta" dan "mencari makna".
Bagian
positif yang dapat diambil dari buku ini mungkin secara langsung diungkapkan
oleh John Maxwell, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang
tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan.
Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal
dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan
harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” .
Buku ini
diakhiri dengan menginggalnya Gie. meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat
sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di
gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.
Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan
meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar