Rabu, 21 Desember 2011

Catatan Seorang Demonstran : Sosok Gie sebagai Pelopor Pergolakan Pemuda

 

Catatan Seorang demonstran adalah sebuah buku yang merepresentasikan pergolakan pemikiran Soe Hok Gie, seorang pemuda yang dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 tumbuh dan besar dari kalangan masyarakat kelas menengah bawah dalam lingkungan "cina" jakarta. secara gamblang buku ini berisikan catatan harian yang terekam secara konsisten mulai dari masa kecil, remaja dan menjelang dewasa. Gie adalah seorang aktivis yang sangat aktif pada waktunya. seorang pejuang gerakan mahasiswa yang keras menentang ketidakadilan dan korupsi di zaman presiden soekarno. Soe Hok Gie adalah mahasiswa Fakultas Sejarah Universitas Indonesia dan juga merupakan salah seorang pengasas Mapala UI yang salah satu kegiatan terpenting dalam organisasi pecinta alam tersebut adalah mendaki gunung. 

Buku ini diawali dengan sebuah pengantar oleh Harsja W. Bachtiar yang menceritakan perjalan pergerakan dari seorang Soe Hok gie dilanjutkan dengan "sebuah renuangan" dari Arief Budiman kakak kandung Gie, yang mengulas tingkah Gie selama menjalani kehidupannya, menjelang meninggal dunia Gie sering mengeluh mengenai apa yang dia kerjakan selama ini, dia mengatakan "Akhir-akhir ini saya selalu berpikir, apa gunanya semua yang saya lakukan ini. Saya menulis, melakukan kritik kepada banyak orang yang saya anggap tidak benar dan yang sejenisnya lagi. Makin lama, makin banyak musuh saya dan makin sedikit orang yang mengerti saya. Dan kritik-kritik saya tidak mengubah keadaan. Jadi apa sebenarnya yang saya lakukan? Saya ingin menolong rakyat kecil yang tertindas, tapi kalau keadaan tidak berubah, apa gunanya kritik-kritik saya? Kadang-kadang saya merasa sungguh-sungguh kesepian". 

Masuk pada bagian satu "Soe Hok Gie : Sang Demonstran" yang di ulas secara panjang lebar oleh Daniel Dhakidae mengenai apa makna yang terselubung dalam catatan harian Gie dan apa makna yang tersirat dalam beberapa tulisannya. terdapat hal yang unik dalam ulasan pada bagian ini dimana terdapat nama Ahmad Wahib, pemuda satu angkatan namun berbeda latar belakang yang memiliki karakteristik aktivis mahasiswa, pemikir dan juga secara rutin menekuni catatan harian layaknya soe hok gie, yang nantinya menjadi bahan perbandingan dalam hal pergerakan dan pemikiran antara keduanya. dalam bagian ini sempat di bahas juga jiwa kecendikiawanan Gie diamana dia lebih dikenal sebagai cendikiawan sekuler.

Bagian dua sampai delapan dari buku ini di isi dengan teks asli dari buku catatan harian Soe Hoek Gie yang terbagi menjadi beberapa bagian "masa kecil", "diambang remaja", "lahirnya seorang aktivis", "catatan seorang demonstran", "perjalanan ke Amerika", "politik, pesta dan cinta" dan "mencari makna". 

Bagian positif yang dapat diambil dari buku ini mungkin secara langsung diungkapkan oleh John Maxwell, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” .

" Lebih baik di asingkan dari pada menyerah pada kemunafikan " 

Buku ini diakhiri dengan menginggalnya Gie. meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar