Rabu, 30 November 2011

Who am I?


Maya Previana Syafitri, begitulah nama lengkap yang orang tua saya berikan tujuh belas tahun yang lalu kepada seorang bayi yang lahir ke dunia pada tanggal 23 April ini. Saya adalah anak pertama dari sepasang suami istri bernama Sarjito dan Tati Widyowati. Berasal dari Purworejo, Jawa Tengah, sebuah kota yang sepi dan dijuluki sebagai ‘kota pensiunan’. Figur orang tua yang seimbang membuat saya tumbuh dan berkembang dengan baik selayaknya anak-anak lain di usianya. Tiga bersaudara yang kadang kompak dan kadang berselisih paham oleh hal-hal remeh, membuat suasana rumah semakin meriah dengan tawa canda khas kakak dan adik. Mengenyam bangku pendidikan di TK Batik (1998-2000), SD N Purworejo (2000-2006), SMPN 2 Purworejo (2006-2009), SMAN 1 Purworejo (2009-2011) cukup membuat saya belajar banyak hal, baik pendidikan formal dan informal, terutama mengenai pembelajaran hidup yang mendewasakan saya. 

Tahun ini, saya mencoba peruntungan untuk menjadi mahasiswa di institut yang sejujurnya tidak pernah terpikir oleh saya, yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Berangkat sebagai anak perantauan memaksa saya untuk hidup mandiri yang harus tanggung jawab dengan kehidupan baru saya tersebut, apalagi di Surabaya, kota yang belum pernah sekalipun saya kunjungi sebelumnya. Sebagai anak pertama, pengalaman hidup menuntut saya untuk bersikap perfeksionis dalam segala hal. Memaksa diri sendiri untuk selalu mengerjakan sesuatunya secara maksimal dan tidak ingin mengecewakan orang tua, membuat saya sering kelelahan dengan sikap saya tersebut. Belum lagi mimpi-mimpi besar menunggu untuk diwujudkan. Setiap hari mimpi saya selalu bertambah, meningkat ke tingkat yang lebih tinggi. Selalu penasaran dan ingin mencoba hal-hal baru adalah sifat dasar saya. Antusias dengan dunia-dunia yang belum pernah saya cicipi membuat saya teguh memegang prinsip bahwa saya harus bisa merasakan segala sesuatu yang baik bagi diri dan masa depan saya sebelum hidup saya ini berakhir. Energi untuk terus maju dan pantang mundur selalu hadir seiring motivasi dan dukungan yang kuat dari orang tua, keluarga dan orang-orang yang saya kasihi. Serta optimis dalam menatap masa depan-lah yang membuat saya selalu menghabiskan waktu seharian dengan aroma kerja keras, meskipun tantangan-tantangan yang terjal menghadang langkah saya menjemput masa depan. Saya memiliki cita-cita yang selalu berbeda sesuai jaman atau fase yang sedang saya alami, waktu kecil ingin jadi dokter. Menginjak masa remaja saya ingin jadi dosen dan ahli IT (yang pada saat itu saya tidak tahu prospek yang konkrit ketika bergabung dengan dunia IT), dan sekarang. Semenjak berada di jurusan yang saya pilih, fakultas yang saya idam-idamkan saya ingin menjadi pengusaha. Keluarga saya menanamkan prinsip yang kuat, “Kalau mau jadi kaya, jadilah pengusaha!” sepertinya saya mulai mengerti maksud dari kalimat bermantra itu. Namun entahlah, saya masih meraba-raba dunia yang baru saja saya salami ini,  yaitu dunia IT. 

Sedikit pendiam dan perlu waktu yang agak lama untuk beradaptasi, itulah diri saya. Saya selalu membuka diri kepada siapa saja yang ingin mengenal dan berteman dengan saya. Saya tidak pandai untuk berkenalan atau sekadar membuka obrolan, terutama kepada orang-orang yang baru saya kenal. Tapi saya sangat menghargai arti pertemanan dan persahabatan itu sendiri. Selalu ingin bertukar opini dan ide yang bisa saling membangun kualitas diri, belajar mengenal pribadi atau karakter setiap orang, adalah motivasi mengapa saya ingin memiliki banyak teman. Bagi saya, teman adalah sosok yang bisa membangun diri saya menuju kea rah yang  lebih baik, mengajarkan saya tentang kebaikan dan membimbing saya untuk mencari jati diri. Keinginan saya yang kuat untuk terlibat dan aktif dalam berorganisasi, menggeser prioritas saya sekarang, yaitu keseimbangan antara pendidikan dan karir organisasi. Saya ingin menjadi orang membanggakan dengan prestasi dan bisa menikmati masa mudanya dengan aktif melakukan gebrakan-gebrakan yang di luar dugaan. Saya ingin menghasilkan sesuatu yang bisa dimanfaatkan oleh orang banyak, entah itu kecil atau besar tapi yang jelas saya menginginkan itu. Hobi saya belakangan ini adalah menulis. Adanya kesempatan dan waktu yang cukup untuk sekedar menuliskan opini dan ide yang sudah membumbung dalam pikiran membuat saya jauh ‘lebih sehat’ karena setidaknya saya tidak akan kelebihan beban. Aktivitas blogging menjadi perantara saya yang memang tertarik dalam dunia maya dengan tulis-menulis. 

Cenderung moody dan ekspresif itulah sifat saya. Saya terlalu mudah terbawa dengan suasana dan terlalu menggunakan perasaan. Kelemahan saya yang selalu ‘main perasaan’ dan kadang lemah jika kurang motivasi dan dukungan membuat saya butuh sosok-sosok yang saya panuti dan jadikan motivator, bahkan inspirator. Selain itu, kondisi fisik yang mudah ‘jatuh’ sering menjadi penghalang bagi saya untuk beraktivitas lebih dari biasanya. Ketika saya mulai bosan, saya sering melakukan sesuatu yang bisa membuat saya nyaman, bercanda, menulis, atau sekadar corat-coret di catatan saya. Mimpi terbesar saya adalah bersekolah di Jerman, menjadi dosen dan pengusaha (kerja sampingan) dan bertemu muka dengan Pak Habibie, sang tokoh idola. Itulah saya, seorang gadis yang sedang memulai perjalanan panjangnya untuk menemukan siapa jati dirinya di sebuah institut dan bidang yang memang Ia minati, sejak lama. 


*esai yang saya buat spesial untuk memenuhi penugasan dalam rangka LKMM Pra TD FTIf IV. Surabaya siap di goyang :3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar