Kamis, 24 November 2011

Presiden? Oh no!

Mata kuliah Keterampilan Interpersonal lagi-lagi mengusik ketenangan saya. Selalu saja ada ide gila dalam setiap pembelajaran tiap minggunya. Buat blog kek, template pembelajaran, artikel, argh selamat ya kalian telah berhasil mengganggu malam-malam saya. Dan minggu kemarin, Pak Sholiq benar-benar mengagetkan kami dengan menyodorkan tugas, membuat orasi jika saya menjadi presiden. Ini gokil mamen!
Kontan saja, semua mata tidak berkedip selama sepuluh menit ketika Pak Sholiq menyuruh kami menyiapkan materi jika kami terpilih menjadi presiden (Oke ini lebay kawan). Bukan, bukan karena kami berdecak kagum melihat pesona Pak Sholiq, bukan juga diantara kami terlalu menganggap serius dengan tugas tadi. Tapi yang jelas dalam sekejap imajinasi liar kami menari-nari di atas awan, yaitu menjadi seorang presiden. Termasuk saya.
Menjadi presiden. Jabatan yang sulit didapat, dan sulit dikerjakan. Jika saya terpilih untuk menjadi presiden, yang pertama saya lakukan adalah mundur atau dengan hormat turun tanggung jawab dari jabatan tsebagai presiden tersebut dan minta bagian menjadi menteri saja. Oke kalau menjadi menteri sekiranya juga berat, saya memilih untuk menjadi staf ahli presiden. Toh ide, pendapat, pemikiran yang mungkin berguna bisa tersampaikan dengan baik langsung kepada orang nomor satu di negeri ini. Setidaknya saya merasa berguna karena berhasil menginspirasi 'sosok besar' yang didapuk tanggung jawab dalam mengelola negara ini. Ini rasanya lebih mudah bagi saya sebagai seorang wanita, tidak terlalu riskan, masih bisa mengatur rumah tangga (alasan ini: 'sesuatu' banget). 
Tidak banyak yang saya pikirkan dengan tulisan ini, hanya menggugurkan kewajiban saja. Hehe..
Jujur, menjadi menteri atau staf ahli bukanlah cita-cita saya. Daripada menjadi presiden, lebih baik jadi ibu presiden saja.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar