Senin, 14 November 2011

Cinta Itu...

Habibie, semenjak kepergian istrinya murung dalam kesunyian. Cintanya pada Ainun membuatnya sulit untuk melupakan sosok wanita itu, bahkan untuk sedetik saja. Empat puluh delapan tahun sudah mereka bersama dalam hidup yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, yang dalam. Kesetiaan untuk tetap terpaut satu sama lain menancap kuat di hati masing-masing. Hingga akhir hayat sang istri, mereka masih manunggal dalam kesucian akan makna cinta itu sendiri.

Buku Habibie&Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie adalah buku yang telah mengajari saya banyak hal, khususnya tentang cinta. Dirilis pasca kematian istrinya, ibu Ainun, Habibie menuangkan seluruh memori yang Ia miliki selama hidup dalam kebahagiaan bersama keluarganya, terutama sang istri. Mulai dari pandangan pertama yang telah membuat lulusan RWTH Aachen ini berjuang mendapatkan Ibu Ainun, menikah dan hijrah ke Jerman untuk menyelesaikan studinya di sana, hingga kerepotan sang mantan presiden di awal-awal merintis karier ketika Ia dihadapkan oleh kesulitan finansial. 

Nasib berkata lain. Hidup di Jerman yang sedikit demi sedikit mulai mapan dan menjanjikan, namun panggilan membangun negeri membuat Habibie harus memilih dua hal penting, independen di Jerman sebagai profesional atau menjadi menteri untuk membangun tanah airnya sendiri. Jelas Ia gamang. Namun karena nasionalismenya yang kuat, Habibie pun siap pulang ke Indonesia membawa segepuk perubahan untuk bangsanya.

Masalah cinta, ini hal yang utama dalam buku ini. Habibie adalah sosok yang romantis menurut saya, banyak puisi-puisi yang Ia buat untuk melukiskan betapa indah kehidupannya setelah bertemu dengan gadis calon dokter tersebut. Ya, Habibie memaknai cinta bukan sebagai nafsu sesaat. Ia sangat dewasa dalam mengartikannya. Cinta yang Ia rasakan adalah bagian dari anugerah Tuhan, maka setiap saat Ia selalu bersyukur diberi anugerah terindah tersebut. Cinta yang mereka pelihara selalu dipupuk oleh rasa saling mengerti. Sekali lagi, mereka direkatkan oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi.

Hingga kematian sang Istri, Habibie masih merasakan kehadirannya di setiap sudut yang Ia lihat. Mereka manunggal jiwa, roh, batin dan nurani. Dan mereka telah membuktikan, ada cinta sejati yang lahir di abad ini. Semoga kita bisa mencontoh roman percintaan Romeo dan Juliet ini.

Bahwa kematian itu hanyalah gerbang menuju kesempurnaan yang abadi, yang setiap orang akan lewati meninggalkan seberkas cinta di dunia. Cepat atau lambat, itu pasti terjadi.


Buku : Habibie&Ainun
Penulis : Bacharuddin Jusuf Habibie
Tahun : 2010
Penerbit : PT. THC Mandiri


1 komentar:

  1. perjalanan cintanya Habibi & Ainun mengalahkan perjalanan cintanya Romeo & juliet .... :D

    BalasHapus