Senin, 24 Oktober 2011

TKI, Riwayatmu kini

Perhatian saya beberapa minggu ini tertuju pada sebuah pemberitaan panas tentang nasib beberapa TKI, khususnya TKW yang menjadi bulan-bulanan peradilan atas kasus pembunuhan. Apalagi ditambah kenyataan yang sangat pahit, satu diantara mereka sudah dihukum pancung oleh peradilan Arab Saudi tanpa ada pemberitahuan, baik secara resmi kepada pemerintah RI atau minimal keluarga korban sendiri. Bangsa Arab yang terkenal sadis (ini berdasar kenyataan) menambah kisah kelam terhadap pandangan dunia mengenai Islam. Mungkin itu hanya oknum, tapi yang jelas saya sangat menyayangkan perbuatan tidak berperikemanusiaan itu. Seperti kita tahu, banyak sekali TKI-TKI yang terkatung-katung nasibnya akibat ketidakadilan peradilan negara setempat. Apalagi takdir menambah sesal di hati mereka, ketika pemerintah tempat di mana mereka tumbuh dan berkontribusi, sama sekali tidak memberi perhatian khususnya kepada TKI yang ‘bermasalah’ ini. Mungkin hanya di sini, di Indonesia.

Sedikit fakta negara kita, tidak setuju? Abaikan!

Kini, negara sudah tidak sanggup lagi memberi sumber penghidupan bagi mereka yang serba kekurangan, minimnya lapangan pekerjaan, monopoli perusahaan asing yang mayoritas juga mengambil tenaga kerja asing, menjadi negara eksportir yang sukses dengan ratusan ribu penduduknya yang terpaksa mencari sumber-sumber penghidupan di tempat lain, yang jauh dari keluarga dan tanah airnya, yang jauh dari kata ‘terhormat’, yang merasa terbuang dan terhina. Bangga dengan devisa yang begitu besar, bersumber dari jerih payah para TKI nya lalu tidak diketahui jluntrungan penyalurannya. Masuk kantong para penguasa, bagaimana dengan yang lain? Terseok-seok hidupnya akibat krisis yang sedemikian kompleks dalam hidup.

Lagi-lagi, sudah tidak terurus di negeri sendiri, terbuang dan harus mengorbankan harga dirinya bekerja di negeri orang yang sangat rawan dihadapkan masalah : kekerasan, pembunuhan, ketidakadilan, tidak keberperikemanusiaan, eh sang penguasa yang rata-rata orang rakus harta dunia membuang muka dan seakan tidak peduli terhadap kelangsungan hidup para TKI di negeri sana. Mereka benar-benar dilepas dari kontrol pemerintah sendiri. Anda bisa menghitung berapa banyak para TKI yang terlilit masalah hukum dan pemerintah baru tahu ketika mereka benar-benar sudah diketok palu akan hukuman yang diganjarkan. Pemerintah sih tenang-tenang saja, mereka hanya bisa berkata "Kami baru tahu!" Hello, mengapa kami yang harus aktif memberi tahu Anda-Anda ini Pak! Darimana saja kemarin? Ada juga kasus para TKI yang sulit sekali dijamah bantuan hukum dari ‘orang sendiri’, dan mereka harus menghadapi peradilan sendiri karena biaya akal persoalannya. Mau tahu yang lain? Berapa banyak TKI yang harus mendekam berlama-lama di penjara sedangkan mereka sama sekali tidak bersalah atau malah menjadi korban dari masalah tersebut dan justru dijadikan kambing hitam oleh si tersangka dan oknum peradilan itu sendiri?

Ada banyak kasus yang menghadapkan kita pada kenyataan besar bahwa TKI seolah-olah dijadikan sapi perahnya pemerintah untuk menggali devisa sedalam-dalamnya. Lebih dari itu, julukan bangsa babu juga setuju atau tidak setuju memang nyata adanya. Bukannya nasionalisme saya yang luntur, tapi ini didasari kacamata seorang 17 tahun dan mungkin saja ini salah. Bayangkan, berapa banyak perusahaan-perusahaan asing dengan begitu besar modal nya di Indonesia, tumbuh subur berbekal modal ‘babu-babu’nya yang asli Indonesia. Mereka mengeruk sumber daya, bukan hanya itu. Mereka juga menyedot begitu besar potensi dan kepercayaan diri bangsa Indonesia untuk maju dan menyaingi mereka. Kita hanya didoktrin untuk menjadi 'pekerja-pekerja-pekerja, babu-babu-babu' dan akibatnya ya ini, kita jadi bangsa yang semakin terbelakang. Mengelak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar